Duduk Sebentar


Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Semoga Allah tuntun hati, pikiran, dan tangan kita menyampaikan kebaikan. Aamiin.

Sini Duduk Sebentar
(Khoirul Triann)

Gimana, capek ya dipecundangi semesta?
Hari-hari selalu datar, bahkan terjal
Kita gak pernah minta untuk ada di posisi ini
Tapi semesta mungkin beda pemikiran sama kita
Tuhan tahu kita kuat
Makanya jalan cerita kita tidak mudah
Sedikit dibumbui tangis, haru, dan tawa
Biar cerita kita gak monoton
Biar seru waktu diceritain ke anak-anak kita nantinya
Gagal dan jatuh itu hal biasa
Semua orang pernah di posisi itu
Hanya cara kita bangkit aja yang berbeda
Kita pasti pernah gagal mendapatkan apa yang kita mau
Tapi tanpa sadar,
Perlahan ternyata hal itu tidak terlalu begitu penting buat kita
Sekolah, Kuliah, bahkan Kerja
Semua orang punya ceritanya masing-masing disana
Tinggal gimana cara kita menertawakannya saja
Karena kadang dipikirin malah bikin sakit sendiri
Kita cuma perlu duduk sebentar
Gak semuanya harus dikejar sekarang
Ada waktunya
Waktu untuk berjuang
Waktu untuk berusaha lebih keras lagi
Juga waktu untuk bercanda
Semesta juga butuh lelucon
Jangan terlalu ambisius lah
Nati begitu semuanya luruh, kita akan tersedu
Tapi coba selalu pikirkan hal terburuknya dulu
Biar nanti saat semuanya gagal, kita tidak terlalu sakit
Kan kita udah tahu akhir dari sebuah tujuan hanya ada dua
Pulang atau Menang
Kalau semuanya sudah petang, jangan lupa pulang
Karena menang bukan hanya dari satu jalan
Melainkan banyak caranya
Tinggal gimana kita aja
Siap sakit atau tidak?
Udah jangan nangis, semua akan baik-baik saja kok
Kamu hanya butuh duduk sebentar
Ceritain semuanya disini
Siapa tahu cerita kita sama,
Jadi kita bisa saling pangku
Biar semuanya tidak begitu luruh
Jangan terus-terusan jadi obat
Luka di Februari aja masih hangat
Baiknya bahagia dulu
Biar bisa pura-pura senyum sama semua orang
Sini duduk sebentar
Sepertinya pundakmu rapuh
Bolehkan aku pinjamkan pundakku sebentar buat kau peluk
Air matamu terlalu banyak
Dia gak bisa mengalir begitu saja
Sayang, banyak hal indah di depan yang masih butuh tangisan kita
Tangis bahagia misalnya
Suatu saat nanti
Percaya, kita bisa kok!

Kali ini tulisan saya mulai dengan sebuah puisinya Khoirul Triann yang saya temukan di youtube. Beberapa puisinya sangat reliable banget dengan apa yang saya rasakan, walau tentu tidak semuanya. Mengapa saya mulai dari puisi itu? Saya menemukan ruh disana, dan beberapa hal yang terjadi dalam beberapa hari ini sungguh tak lepas dari kalimat-kalimat dalam puisi tersebut. Sepertinya memang Allah sedang ingin menyampaikan sesuatu kepada saya.

Diskusi dengan beberapa teman dan Ibu belakangan tentang kehidupan, mimpi, dan juga masa depan membuat saya merenung beberapa waktu. Tentang saya yang seolah terhenti dan berhenti tak mampu melakukan apapun, tentang rasa yang campur aduk tanpa harus bisa saya ungkapkan satu persatu kepada siapapun, atau tentang semua mimpi yang terus ajak negosiasi. 

"Lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Ciptakan bahagiamu sendiri." adalah kalimat yang saya garis bawahi dari seorang teman dekat. Pun cerita berseri dari teman lain yang menceritakan tentang kisah bagaimana awalnya dia mengendalikan ambisius yang ada dalam dirinya setelah dia menanyakan tentang ambisiusku yang sepertinya juga kukendalikan sedikit demi sedikit. 

Selain itu, juga tentang anak-anak kecil yang bermain hujan sore ini. Mereka yang sangat berbahagia karena hujan yang turun. Berlari kesana kemari tak kenal nyeri. Berlagak seperti avatar yang sedang megeluarkan jurus apapun yang dipunya. Tak takut sama sekali dengan kedinginan. Mereka begitu bahagia menikmati kata "bebas" di bawah belenggu hujan. Mereka menerjang banyak butiran menyakitkan yang berpotensi membuat mereka kedinginan. Mereka "bebas" di bawah guyuran hujan. Mereka juga bermain peran seperti perang dan lalu sakit yang lalu dirawat di Rumah Sakit dimana teras rumah Ibu menjadi rumah sakitnya. Mereka sangat bahagia dengan hal yang sangat sederhana. Mereka bahagia dengan cara mereka sendiri.

Terakhir, nasihat dan cerita Ibu di waktu sesaat sebelum maghrib datang. Beliau hanya menyampaikan apa yang didapatkannya saat berkumpul dengan saudara-saudaranya siang ini. Tentang Sukses. "Jangan doakan anak kita sukses, tapi doakan akan kita gati". Maksudnya menurut mereka, ketika sukses belum tentu anak bisa ingat dan peduli kepada orang tuanya. Bahkan beberapa malah lupa dengan orang tuanya, tidak nurut, dan melawan. Apalagi yang kuliah ke luar negeri, kerja di luar negeri, dan menikah disana, akhirnya lupa sama orang tuanya di desa (based on true story). Kali ini, saya tak timpali apapun, karena saya pun merasa bahwa saya belum bisa menjadi anak yang berbakti kepada Ibu selama ini. Mungkin benar, pendidikan saya sampai jenjang yang cukup tinggi, magister, namun lagi-lagi bakti kepada orang tua tak bisa diukur dari gelar kita, bisa jadi saya masih kalah dengan mereka yang hanya lulusan SMP atau SMA tingkat kebaktiannya kepada orang tuanya. Bahagia orang tua kita tentu bahagia kita, kan?

Allahuakbar. Ini adalah salah satu dari sekian yang saya pikirkan, kenapa harus kembali ke kampung halaman. Atau jika memungkinkan suatu hari harus merantau kembali, barangkali Ibu harus menjadi priority. 

Atau, tentang ambisi. "Sini duduk sebentar, tak semuanya harus kau dapatkan sekarang juga". Sukses lagi-lagi bukan hanya tentang piala, tentang seberapa banyak harta yang kau kumpulkan. Sukses itu bukan ambisi kita selama ini. Ternyata sukses itu bagaimana kita bisa bahagia. Bahagia dengan cara kita sendiri. Dan bahagia bisa membahagiakan orang lain, dalam hal ini utamanya adalah keluarga kita, seperti kata seorang teman pula bahwa "Family is the most precious wealth". Punya ambisi? Boleh! Tapi tak lantas semuanya harus kita dapatkan. Bahkan mewujudkan ambisi dan keinginan orang lain barangkali adalah salah satu hal yang harus kita lakukan.

Kadang, kita perlu berhenti sejenak, untuk melihat sekeliling kita, menjadi penonton yang baik, sembari sesekali bisa tersenyum dan tertawa karena melihat orang lain bahagia. Atau jika tak beruntung, mugkin kita akan melihat yang sedang merenung, sedih, atau dililit masalah, Namun jangan lantas kemudian membuat kita sombong, tapi ingatkan diri kita bahwa bersyukur adalah yang paling utama. Ingatkan pada diri kita bahwa sedih, marah, dan kecewa, atau apapun masalah yang kita hadapi mungkin tak seberapa dibanding milik orang lain di luar sana. 

Percaya, 
Kita pasti bisa!
Kamu pasti bisa!
Saya pasti bisa!
Ada Allah.
Jangan bersedih.

Comments

Popular posts from this blog

Rizki Minallah

Amalan Sosok Tangguh